Tiba-tiba aku ingat sama cerita beberapa anak yang menjadi korban perceraian. Kebanyakan korban perceraian kesulitan mendapatkan kasih sayang dari kedua belah pihak, ibu atau bapak. Terkadang malah tak dapat kasih sayang dari siapapun dan tinggal bersama nenek atau kakek.
Banyak contoh kasus di lapangan terjadi seperti demikian. Menyedihkan memang. Tapi, itulah kenyataan.
Orang tua saling lempar tanggung jawab dan malah menitipkan anak di kakek dan neneknya.
Jadi sebut saja si D, dia korban dari perceraian orang tua, tinggal bersama nenek dan kakeknya. Sedang kedua orang tuanya nikah lagi. Ketika ada pembayaran sekolah, keduanya saling lempar. Namun tentu saja porsi tanggung jawab materi ayahnya lebih besar dibanding ibu. Namun untuk kasih sayang, keduanya sibuk dengan rumah tangga nya masing-masing dan mengabaikan anak.
Kisah lainnya tentang anak korban perceraian yang ditinggal mati ayahnya. Selama ini sebut saja N, tinggal bersama ayahnya setelah orang tuanya bercerai. Namun saat usia kelas 1 SMA ayahnya meninggal, akhirnya dia pergi ke ibunya. Namun sayangnya, ibunya tak mau karena dia sudah berkeluarga dan punya anak. Akhirnya si anak tinggal bersama neneknya yang renta.
Lain lagi dengan kisah keluarga Z. Dia kakak beradik tinggal bersama nenek kakek yang sudah sangat renta. Orang tuanya bercerai setelah ayahnya ketahuan berselingkuh dan kawin lagi. Ibunya menjadi stress dan meninggalkan anak-anak. Keempat bersaudara itu akhirnya mau tidak mau tinggal bersama nenek.
Teman-teman, rumah tangga itu memang tidak mudah. Saya yakin, banyak sekali hal yang tak kuasa kita tanggung. Tapi percayalah ketika kita meminta, pertolongan Allah itu ada. Jadi, jangan pesimis.
Jika memang perceraian menjadi jalan terakhir, maka pastikan anak kita tetaplah anak kita dan tetap kita bela, tetap kita sayangi dan kasihi karena mereka adalah tanggung jawab kita.