Menjadi ibu, istri, sekaligus pekerja bukan hal mudah. Setiap hari rasanya seperti berpacu dengan waktu—antara menyelesaikan tugas kantor, mengurus rumah, dan memastikan anak serta suami dalam keadaan baik. Di tengah semua itu, wajar jika emosi sering naik turun. Namun, mengelola emosi dengan baik sangat penting agar tidak mudah stres dan tetap bisa menjalani peran dengan hati yang tenang. selain itu suasana rumah akan berbeda apabila jantung rumahnya, yaitu ibu, mengalami emosi yang tidak stabil. Sehingga rumah akan terasa bukan menjadi rumah.

Berikut ini beberapa tips untuk kamu, ibu pekerja dan IRT yang tidak punya ART agar emosi selalu stabil :

1. Sadari Bahwa Kamu Tidak Harus Sempurna

Banyak wanita terjebak dalam keinginan untuk menjadi “superwoman”—ibu yang sabar, istri yang sempurna, karyawan yang produktif. Padahal, tidak apa-apa jika ada hal yang tidak berjalan sesuai rencana.
👉 Katakan pada diri sendiri: “Aku sudah melakukan yang terbaik hari ini.”
Menerima bahwa kamu manusia biasa akan membuat beban emosimu jauh lebih ringan.

Biasanya, akan ada saja saja orang yang mengomentari gaya hidupmu. Terutama kerabat seperti paman dan bibi. mungkin mereka akan mengomentari kamu yang berantakan, kamu yang tidak bisa merawat diri. Tapi, jangan diambil pusing ya. anggap aja saran yang membangun.

2. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri (Me Time)

Me time bukan berarti egois, tapi bentuk perawatan diri. Cukup 10–15 menit sehari untuk melakukan hal yang kamu suka—mendengarkan musik, minum teh hangat, menulis jurnal, atau sekadar duduk tenang tanpa gangguan.
Waktu singkat itu bisa mengembalikan energi dan memperbaiki suasana hati.

3. Belajar Mengatur Prioritas

Ketika semua terasa penting, emosi mudah meledak. Mulailah dengan menyusun prioritas harian: mana yang harus diselesaikan dan mana yang bisa ditunda.
Misalnya, mencuci baju bisa ditunda, tapi menemani anak belajar lebih penting. Dengan begitu, kamu tidak merasa dikejar-kejar oleh semua tugas sekaligus. Atau buat jadwal harian dan mingguan yang bisa dilakukan. misalnya mencuci baju dilakukan harian, tapi menyetrika baju dilakukan 2 kali dalam seminggu.

4. Komunikasikan Perasaan dengan Pasangan

Banyak ibu yang menahan emosi karena merasa suami tidak mengerti. Padahal, komunikasi terbuka bisa sangat membantu.
Katakan dengan lembut:

“Aku lagi capek banget hari ini, boleh ya kamu bantu cuci piring atau temani anak sebentar?”

Dengan begitu, pasangan tahu kamu butuh dukungan, bukan hanya nasihat.

Cobalah untuk mengatakannya baik-baik pada pasangan apa yang kita rasakan saat itu. biasanya kalau sedang capek bawaannya emosi dan mudah marah. cobalah untuk mengontrol emosi dan katakan dengan baik-baik.

5. Sadari Tanda-Tanda Emosi Negatif Sejak Dini

Ketika mulai merasa jengkel, pusing, atau ingin berteriak, itu tanda tubuh dan pikiranmu butuh jeda. Tarik napas dalam-dalam, minum air putih, atau pergi sebentar ke ruangan lain untuk menenangkan diri.
Melatih kesadaran ini bisa mencegah emosi meledak tanpa kendali. kalau di islam, ketika kamu sedang marah dan posisi kamu saat itu sedang berdiri, maka duduklah, ketika sednag duduk maka berbaringlah. atau ambilah air wudhu.

6. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental

Kurang tidur, lapar, atau terlalu lelah bisa memicu emosi. Pastikan kamu makan dengan cukup, tidur cukup, dan berolahraga ringan seperti stretching atau jalan pagi.
Tubuh yang sehat membantu pikiran tetap tenang dan stabil.

Mengelola emosi bukan berarti kamu tidak boleh marah atau sedih, tapi bagaimana cara kamu menyikapi emosi itu. Ingat, menjadi ibu, istri, dan pekerja bukan beban, melainkan perjalanan penuh makna.
Berikan ruang untuk dirimu sendiri, minta bantuan ketika perlu, dan terus belajar mengenal emosimu. Karena ketika seorang ibu bahagia dan tenang, seluruh keluarga pun ikut merasakannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *